Salam inpirasi, untuk tripku kali
ini tertuju pada salah satu pulau di timur Jawa yang di hubungkan langsung
dengan jembatannya yang terkenal yaitu jembatan SURAMADU. Heheh yaaa tujuanku
ialah kota semenep madura, untuk suatu keprluan hhehe,,
Berangkat dari jogja jam 10 malam
dan tiba istirahat jam 6.20 untuk makan diujung jembatan Suramadu..
jembatan suramadu di pagi hari
Masih sepi sob..
foto dulu baru makan..
Oh iya kalau mau ke semenap lebih
enak lewat selatan sob karena lebih ramai di selatan di banding utara,,
aktifitas dipasar
Jangan heran kalau pada saat
melintas pasar banyak sapi yang di giring, dan setelah menempu waktu beberapa
jam untuk sampai di semenap,akhirnya kitapu sampai di salah seorang rumah kakak
ipar Dosen saya untuk istirahat dan makan, makan,,makan,,,,,,
santap siang yummy....
Setelah itu kamipun memeprsiapkan
buat jalan mengunjungi tempat wisata di semenep madura. Dengan tujuan utama
museum keraton semenep
bersantai dulu
Berada
di sisi timur dari taman kota Sumenep, berdiri keratonSumenep. tak disangka ternyata kerataon semenep ini layaknya keraton Jogja
atau Solo, namun walaupun keraton ini sudah tidak dihuni oleh anggota keturunan
raja lagi keraton ini bisa dibilang masih sangat terawat.
Kraton Tirtonegoro;
Bangunan
ini merupakan Istana kerajaan pada saat Sumenep dipimpin oleh Raja R.
Tumenggung Tirtonegoro (Bendoro Moh. Saod) yang memerintah pada tahun 1750
sampai dengan tahun 1762. Pada awal pemerintahannya, di bangunan ini pernah
terjadi reaksi perebutan kekuasaan akibat kekecewaan dari Patih Purwonegoro
(Saudara mesan Ratu Tirtonegoro), karena dirinya merasa lebih pantas
mendampingi raja Tirtonegoro menjadi raja Sumenep.
KantorKoneng;
Dari arti kata koneng (rata = bahasa belanda) telah menunjukkan bangunan tersebut adalah Kantor Raja. Bangunan ini dipakai sebagai tempat kerja Raja Sultan Abdurrahman Pakunataningrat pertama selama masa pemerintahannya dari tahun 1811 s.d. 1854 M.
Dari arti kata koneng (rata = bahasa belanda) telah menunjukkan bangunan tersebut adalah Kantor Raja. Bangunan ini dipakai sebagai tempat kerja Raja Sultan Abdurrahman Pakunataningrat pertama selama masa pemerintahannya dari tahun 1811 s.d. 1854 M.
Setelah
itu kamipun lanngsung berkunjung ke masjid semenep skalianbuat sholat Dzuhur,
Sekilas
sejarah mesjid agung semenep ini:
Masjid Agung semenep, dulunya di
sebut masjid jami’ semenep, masjid ini berada di tengah kota semenep dan
menghadap ketaman kota, dengan gerbang besar yang unik, pintu kayu yang kokoh
menghadap kearah matahari terbit dan masjid yang berusian ratusan tahun ini
masih berdiri kokoh di tengah kota semenep.
tampak dari luar
Saksi sejarah yang Berdiri dengan kokohnya.
Masjid ini pun di bangun Setelah pembuatan keraton selesai pembangunannya, Pangeran Natakusuma
I memerintahkan arsitek yang juga membangun keraton, Lauw Piango, untuk
membangun Masjid Jami’.
Berdasar catatan di buku Sejarah Sumenep (2003) diketahui, Lauw
Piango adalah cucu dari Lauw Khun Thing yang merupakan satu dari enam orang
China yang mula-mula datang dan menetap di Sumenep. Ia diperkirakan pelarian
dari Semarang akibat adanya perang yang disebut ’Huru-hara Tionghwa’ (1740 M).
Masjid Jami’ dimulai pembangunannya tahun 1198 H (1779 M) dan
selesai pada tahun 1206 H (1787 M). Terhadap masjid ini Pangeran Natakusuma
berwasiat yang ditulis pada tahun 1806 M, bunyinya sebagai berikut;
”Masjid ini adalah Baitullah, berwasiat Pangeran Natakusuma penguasa di negeri atau keraton Sumenep. Sesungguhnya wasiatku kepada orang yang memerintah (selaku penguasa) dan menegakkan kebaikan. Jika terdapat Masjid ini sesudahku (keadaan) aib, maka perbaiki. Karena sesungguhnya Masjid ini wakaf, tidak boleh diwariskan, dan tidak boleh dijual, dan tidak boleh dirusak.”
Dari tinjauan arsitektural, memang banyak hal yang khas pada bangunan yang menjadi pusat kegiatan masyarakat Islam kalau kita Memperhatikan fisik bangunan ini, layaknya menganut eklektisme kultur desain.
Dari segi pembangunan bentuk bangunan ini jelas nampak bahwa
adanya percampuran unsur kultur budayanya yang salah satunya ialah gaya
arsitektur tionghoa.
tampak
dalam
Setelah lelah berputar dan
mengelilingi mesjida dan museum akhirnya kamipun balik ketempat saya untuk
istirahat sejenak dan mempersiapkan diri untuk balik kejogja.
Di perjalalan pulang kami tidak
untuk singgah di pemekasan madura untuk membeli batik tulis asli madura, hadiah
ini buat kami dari dosen kami loh hehehe asik2, dan tidak lupa juga untuk
mengunjungi api tak kunjung padam di Pemekasan, madura;
dari
luar pagar
dalamnya
sperti ini
Kalau tanahnya di gali apinya
langsung bakar keluar sob, disini bisa bakar jagung juga loh oh iya api ini
meski diguyur sama hujan apinya g mati loh.. kerenkan cckckkc..
Setelah puas kamipun melanjutkan
perjalanan pulang menuju jogjakarta tapi tepat tidak lupa untuk,,,
bisa
menjadi 2 warna..
Sampai disini dulu yah sob untuk
perjalanan trip semenep madura...
Salam inpirasi samapai ketemu
ditrip berikutnya...
Spirit Holiday...
*Penegeluaran*
Bensin mobil Rp.
400.ribu
Masuk tol Rp. 25. Ribu
Wisata api abadi(mobil) Rp. 5. Ribu
Masuk keraton lupa kalau g salah
antara Rp.500,- dengan Rp. 2.500 hehehhe maaf yah